Tuesday, December 3, 2013

Telat 4L4Y



            Istilah “Telat 4L4Y” ku dapat dari salah seorang sahabatku yang bernama unyu-unyu, Alink. Semoga dia baca tulisanku ini, dan semoga ke unyu-unyuanya segera disahkan oleh UNESCO. Oke, tulisanku saat ini bukan semata-mata membahas 4L4Y saja. Aku pakai judul sedemikian rupa karena istilah terebut masih terngiang-ngiang difikiranku.
            Aku rasa anak-anak muda Indonesia itu tidak mempunya konsistensi yang stabil. Coba bayangkan ketika mereka melihat orang 4L4Y, pasti mengatakan “hih, orang kok pakaianya kayak pelangi. Baju merah, celana biru, sepatu kuning, rambut dicat hijau. Hih 4L4Y”. Tapi kalau mereka melihat Boysband korea, atau aliran K-POP, pasti mengatakan cakeplah, kerenlah. Dan mereka menolak jika idola mereka dikatakan berpenampilan 4L4Y. Satuhal tentang orang 4L4Y, orang 4L4Y tidak akan masuk surga. Melainkan akan masuk 5URG4.
            Bicara tentang tren berpenampilan anak muda Indonesia, mereka itu cemen. Hanya bisa ngikutin gaya berpakaian orang lain yang terlihat bagus dimata mereka. Meskipun barang yang mereka pakai KW (imitasi).
            Saya pernah suatu ketika melihat orang memakai kalung tasbih.
            “Mbak, mbaknya ngefans sama Syah Puji ya?”
            “Enggak kok mas, kenapa?” tanya balik.
            “La itu, kenapa sok-sok’an makai kalung tasbih”
            “Owh ini mas. Kan lagi ngetren mas” bela mbaknya.
            “Kirain salah satu istrinya Syah Puji. Padahal tasbih buat dzikir kan mbak? Apa jangan-jangan tahlilanya mbak di diskotik?” tanyaku. Mbaknya diem, lalu masang muka nyolot. Biarlah.
            Aku juga pernah liat seseorang yang sok elit. Punya dua handphone, Blackbarry dan Android. Memang keliatan berkelas, tapi Blackbarry yang dibawanya CDMA yang harganya murah, itupun belinya seken. Dan Androidnya gunta-ganti SIM-CARD, katanya ngincer bonusan internet. Alhasil dia sama sekali tidak mempunyai no yang bisa dihubungi secara konsisten.
            Menurutku, cobalah untuk berpenampilan apa adanya. Menjadikan penampilan yang minimalis tetapi secara optimal. Tidak berlebihan. Gak usahlah sok-sok’an ngikutin tren, padahal kita tidak bisa ngikutin. Atau, buatlah dirikita sebagai pusat tren (membuat tren sendiri). Jika takut ketinggalan jaman atau dianggap kuno, atau yang lebih parahnya kalau takut gak dilirik lawan jenis. Berarti kalian-kalianlah yang memang ngerasa gak percaya diri. Dan kalian takut gak laku.

No comments:

Post a Comment