Istilah “Telat 4L4Y” ku dapat dari
salah seorang sahabatku yang bernama unyu-unyu, Alink. Semoga dia baca tulisanku
ini, dan semoga ke unyu-unyuanya segera disahkan oleh UNESCO. Oke, tulisanku
saat ini bukan semata-mata membahas 4L4Y saja. Aku pakai judul sedemikian rupa
karena istilah terebut masih terngiang-ngiang difikiranku.
Aku rasa anak-anak muda Indonesia
itu tidak mempunya konsistensi yang stabil. Coba bayangkan ketika mereka
melihat orang 4L4Y, pasti mengatakan “hih, orang kok pakaianya kayak pelangi.
Baju merah, celana biru, sepatu kuning, rambut dicat hijau. Hih 4L4Y”. Tapi
kalau mereka melihat Boysband korea,
atau aliran K-POP, pasti mengatakan cakeplah, kerenlah. Dan mereka menolak jika
idola mereka dikatakan berpenampilan 4L4Y. Satuhal tentang orang 4L4Y, orang
4L4Y tidak akan masuk surga. Melainkan akan masuk 5URG4.
Bicara tentang tren berpenampilan
anak muda Indonesia, mereka itu cemen. Hanya bisa ngikutin gaya berpakaian
orang lain yang terlihat bagus dimata mereka. Meskipun barang yang mereka pakai
KW (imitasi).
Saya pernah suatu ketika melihat
orang memakai kalung tasbih.
“Mbak, mbaknya ngefans sama Syah Puji
ya?”
“Enggak kok mas, kenapa?” tanya
balik.
“La itu, kenapa sok-sok’an makai
kalung tasbih”
“Owh ini mas. Kan lagi ngetren mas”
bela mbaknya.
“Kirain salah satu istrinya Syah
Puji. Padahal tasbih buat dzikir kan mbak? Apa jangan-jangan tahlilanya mbak di
diskotik?” tanyaku. Mbaknya diem, lalu masang muka nyolot. Biarlah.
Aku juga pernah liat seseorang yang
sok elit. Punya dua handphone, Blackbarry dan Android. Memang keliatan berkelas, tapi Blackbarry yang dibawanya CDMA yang harganya murah, itupun belinya
seken. Dan Androidnya gunta-ganti
SIM-CARD, katanya ngincer bonusan internet. Alhasil dia sama sekali tidak
mempunyai no yang bisa dihubungi secara konsisten.
Menurutku, cobalah untuk
berpenampilan apa adanya. Menjadikan penampilan yang minimalis tetapi secara
optimal. Tidak berlebihan. Gak usahlah sok-sok’an ngikutin tren, padahal kita
tidak bisa ngikutin. Atau, buatlah dirikita sebagai pusat tren (membuat tren
sendiri). Jika takut ketinggalan jaman atau dianggap kuno, atau yang lebih
parahnya kalau takut gak dilirik lawan jenis. Berarti kalian-kalianlah yang
memang ngerasa gak percaya diri. Dan kalian takut gak laku.
No comments:
Post a Comment