Wednesday, December 25, 2013

Siklus Hidup Anak Kos




            Sebenarnya tulisan yang serupa ini pernah saya tulis di akun jejaring sosial saya, facebook yang bernama “Empresa Aliph”. Tetapi di Blog ini, saya akan mencoba memaparkan yang lebih unik. Tetapi tetap bertajuk yang sama. Sesuai judulnya, “Siklus Hidup Anak Kos”. Kalau bicara siklus, jadi keingetan pelajaran sejarah dan biologi yang mebahas kehidupan. Tidak lepas juga manusia dari monyet. Tapi di zaman modern ini, bicara siklus malah kayak siklus MLM. Eits, tapi aku bukan korban MLM, tapi korban PHP, hehe.
            Kenapa mirip siklus MLM. Coba deh bayangin level-levelan MLM, ada level 1, level 2 dan seterusnya. Dan tiap levelnya akan berbeda pula uang yang nantinya didapet, ya tergantung dengan seberapa banyak korban yang didapet, simpelnya. Sedangkan anak kos, 1 bulanlah siklus kehidupanya. 10 hari pertama makan pakai ayam bakar, iga bakar dan sejenis makanan lainnya yang berharga di atas Rp. 10.000 an lah. Pada 10 hari berikutnya, lumayanlah, soto, nasi goreng pokoknya yang menengah. Tapi, pada 10 hari terakhir dalam 1 bulan, kebanyakan mie instans. Gak percaya? Saya sudah survei kepunjual makanan di kantin kampus saya.
            Tapi tetap ada hal yang bisa dibanggakan dari anak-anak kos. Merekalah salah satu pemegang pepatah, “roda selalu berputar, kadang di atas kadang juga di bawah”. Iya, mereka punya siklus dimana punya uang, dan siklus dimana tidak.
            Sama halnya seorang pekerja, awal bulan merupakan kabar yang paling mengharukan bagi anak kos. Mungkin mereka para anak kos ketika awal bulan, mereka saling berpelukan, sambil terisak tangis yang mengakibatkan ingus mereka meleleh sambil nari poco-poco dan dengan diiringi lagu We are the champions. Itulah saking terharunya mendapatkan kiriman. Gak nyambung kan lagu We are the champions sama tari poco-poco. Terlalu mendramatisir nampaknya.

Tuesday, December 24, 2013

Si Biru dan Si Putih




Pada tulisan ini, aku akan ngebahas tentang nasibku yang anjlog drastis setelah ganti motor. Sebelumnya, aku akan ngebahas foto yang mio putih diatas itu dulu. Itu ketika sewaktu aku pulang kerja disalah atu restoran burger di Semarang. Malam itu ketika aku pulang kerja, aku nongkrong di Simpang lima (pusat kota Semarang), mestinya motor gak boleh parkir di samping lapangan. Tapi karena iseng dengan tulisan yang ada difoto, aku nekat parkir di situ. Alhasil ada mobil Satpol PP yang menghampiriku, dan berkata “Mas, kalau parkir jangan di jalanan gitu, lebih menjorok ke lapangan mas”. Heran, berarti secara gak lagsung Petugas Satpol PP mengijinkanku untuk melanggar aturan.
Oke, kembali ke topik.
            Selama ini, aku baru ganti motor sekali, jadi total motor yang pernah aku miliki Cuma 2 motor. Motor biru yang ada difoto itu sudah nemenin aku selama kurang lebih 7 tahun. Banyak kenangan yag aku habiskan dengan motor itu, dari mboncengin 13 pacarku, hingga nabrak bapak-bapak tukang sayur. Jupiter Zku itu merupakan motor yang baik, dari keluarga yang bibit-bebet-bobotnya jelas, dan yang pasti dia motor yang sopan. Semua anggota keluargaku sayang sama si Jupiter. Pernah mantanku nyuruh aku ngejual si Jupez (Jupite Z).
            “Beb, ganti motor aja gitu”
            “Kenapa emang? Motor ini tu banyak kenanganya” jawabku
            “Gak gitu. Ganti aja sama yang lebih muda”
            “Tapi, motor ini tu temen paling setia, bahkan lebih setia dari mantan-mantanku”
Dan ternyata benar, motorku lagi-lagi lebih setia dari si mantanku tadi. Selang beberapa bulan setelah putus dengan mantanku tadi, aku pergi ke Jakarta karna ada kunjungan ke KEMENDIKBUD. Setelah pulang dari Jakarta, si Jupez sudah dijual. Aku sempat merengek, minta untuk ditunjukin alamatnya si Jupez yang baru. “Udah iklasin, Jupez udah sama orang lain, kalau kamu kayak gini, gimana sama kelangsungan kamu dengan motormu yang akan datang. Move on lip” kata nyokapku menghibur.
            Selang 3 hari berikutnya, datang motor baru dalam kehidupanku. Layaknya pacaran, aku pun melakukan PDKT dengan si Mio putih dan aku panggil dia Mipu. Mipu lebih kece dibandingkan si Jupez, tapi kenangan-kenagan bersama Jupez tidak bisa hilang dengan mudah. Susah untuk Move on dari si Jupez. Meski begitu, mau tidak mau aku harus sering jalan bareng dengan Mipu. Dan akhirnya aku bisa! Bisa untuk menyayangi si Mipu. Tapi, entah dimana sekarang kamu si Jupez, ku harap kamu baca tulisan ini, ingat aku tetap sayang kamu, dan semoga kamu sekarang bersama orang yang tepat dan bisa menjagamu layaknya aku menjaga dan menyayangimu.
            Setelah berganti motor, nasibku juga berubag total. Kata teman-temanku, karismatikku turun drastis ketika berganti motor. Dari yang si Jupez yang selau mendatangkan cinta untukku, tetapi sekarang, Si Mipu tak sehebat Si Jupez dalam hal percintaan. Padahal secara fisik, si Mipu jauh di atas dari si Jupez.
            “Lif, cewekmu siapa sekarang?” tanya teman cowokku ketika sedang aku boncengin.
            “Hah, gak ada. Gak punya”
            “Masak motor baru pacar juga gak baru”
            “Emangnya ada gitu pacar yang dijual, trus jualnya eceran gitu? Atau dikredit?” tanyaku.
            “La emang cewek itu kamu anggep krupuk. Mungkin kamu belum bisa Move On dari mantanmu lif” Seketika aku terdiam, mungkin temanku benar. Bukan masalah ganti motor, tapi di sini, di hatiku. Ganti motor itu kayak ganti pacar, harus ada masa-masa pembiasaan.

Sunday, December 15, 2013

Potong Rambut Bergaransi




Aku memiliki seorang teman ketika SMA, namanya Samsudin. Kalau ditanya diskripsi orangnya, dia mirip UPIL. Kecil, item, udik, dan mungkin asin. Samsudin merupakan teman seperjuanganku dalam masa-masa keculunan SMA. Meski mirip upil, Samsudin merupakan salah satu murid kesayangan dari guru sosiologi di sekolahanku. Saking sayangnya, Samsudin diberi uang buat potong rambut karena rambut dia sudah terlampau panjang. Bisa dibayangin, ketika ada manusia kerdil mirip upil memiliki rambut yang gondrong. Ya, UPIL GONDRONG jadinya.
Aku masih inget detik-detik si Samsudin diberi uang, tapi ini aku buat mendramatisir. OK.
“Samsudin anakku, rambutmu sudah terlampau panjang. Apakah kau tidak mau potong rambut?” Kata guruku.
“Ampun baginda guru. Sebenarnya saya ingin potong rambut, tetapi saya sedang tidak punya uang”
“Sini anakku. Kamu sudah bapak anggap anak sendiri. Maka dari itu, bapak beri kamu uang, tetapi besok harus sudah potong rambut”
Sekelas bersorak. Bukan karena bangga terhadap guru kami yang berwibawa. Tetapi wabah kutu yang akhir-akhir ini Samsudin sebarkan, akan hilang sudah. Dan kami harap hari-hari esok akan menjadi hari-hari kami tanpa kutu rambut.
Sebagai pemilik rambut berombat khas Indonesia, tentunya memilih gaya rambut menjadi hal yang membingungkanku. Mau direbonding, takut disangka niru gayanya Andika KangenBand. Mau dibuat gimbal, tar disangka penerusnya Mbah Surip. Pernah aku gondrongin, bukan kayak UPIL GONDRONG, tapi kata temenku malah kayak SETAN UPIL.  Akhirnya aku tetap dengan gaya yang senatural mungkin. Setidaknya itulah yang bisa aku lakukan.
Suatu malam aku pergi ke tempat pangkas rambut dekat rumahku. Ketika sudah nyampe, ternyata antre lumayan banyak. Waktu antre, aku habiskan untuk smsan dengan gebetanku. Sari namanya. Lupa mengisi pulsa, pulsa abis. Mau beli, tapi sudah waktunya rambutku dieksekusi. Untungnya aku masih punya pulsa internet, dan aku coba menghubungi sepupuku yang jualan pulsa via whatsapp.
“Bang, mau potong apa bang?” tanya tersangka pemotong rambut.
Sambil masih megang HP, aku duduk dikursi kayu bekas pantat kakek-kakek beruban yang potong sebelumku. “Biasa aja mas, yang penting belakang sama sampingnya radak ditipisin ya mas. Soalnya cepet panjang” terangku pada mas-mas berjenggot itu.
Dengan masih memainkan HP, aku konsen menghubungi sepupu perempuanku yang ternyata dia sedang ribut dengan pacarnya. Alhasil aku malah jadi tempat curhatanya. Aku masih inget isi curhatanya.
“Lif, bayangin aja. Aku tu capek pulang kuliah. Udah di kampus judul skripsiku ditolak. Sampe rumah malah adekku mipisin tempat tidurku, eh pacarku sendiri gak bales smsku lif. Bayangin........ Sory, saldo pulsaku abis”
Sesuai perintah sepupuku, aku bayangin. Dan aku menarik sebuah simpulan. Capek kuliah? Gak usah kuliah. Kasur dipipisin adik? Pipisin gantian aja. Masalah pacar gak bales sms? Entahlah. Memang ya, punya sepupu cewek itu? Entahlah. Dan kesimpulan yang terakhir, sepupuku adalah salah satu tersangka PHP. Kenapa gak dari tadi bilang kalau gak ada saldo.
Setelah asik jadi korban PHP, aku sama sekali gak ngeliatin kerjaannya sipemotong rambutku. Setengah kaget aku kaget.
“LOH MAS...... ini kenapa model rambutku mirip potonganya monyet-monyet yang dilarang di Kota Jakarta?” setengah kaget, tapi kaget.
“Loh bang, katanya yang samping sama belakang ditipisin. Berarti yang tengah atas dibanyakin dong bang” terangnya.
“Ini kalau saya ke Jakarta dikira topeng monyet. Dan bisa-bisa nanti saya dikarantina sama Pak Jokowi. Gak mau mas (sambil kencing di celana). Balikin rambut saya mas, balikin......”
Setelah memperhitungkan segala sesuatu hal. Akhirnya saya pahami. Tidak ada tempat pangkas rambut bergaransi. Begitu pula dengan cinta. Sebanyak-banyaknya kita berkorban ke pasangan kita, belum tentu kalau kita sudah putus denganya, maka cinta kita akan dibalikin. Karena cinta tidak ada garansinya.

Tuesday, December 3, 2013

Telat 4L4Y



            Istilah “Telat 4L4Y” ku dapat dari salah seorang sahabatku yang bernama unyu-unyu, Alink. Semoga dia baca tulisanku ini, dan semoga ke unyu-unyuanya segera disahkan oleh UNESCO. Oke, tulisanku saat ini bukan semata-mata membahas 4L4Y saja. Aku pakai judul sedemikian rupa karena istilah terebut masih terngiang-ngiang difikiranku.
            Aku rasa anak-anak muda Indonesia itu tidak mempunya konsistensi yang stabil. Coba bayangkan ketika mereka melihat orang 4L4Y, pasti mengatakan “hih, orang kok pakaianya kayak pelangi. Baju merah, celana biru, sepatu kuning, rambut dicat hijau. Hih 4L4Y”. Tapi kalau mereka melihat Boysband korea, atau aliran K-POP, pasti mengatakan cakeplah, kerenlah. Dan mereka menolak jika idola mereka dikatakan berpenampilan 4L4Y. Satuhal tentang orang 4L4Y, orang 4L4Y tidak akan masuk surga. Melainkan akan masuk 5URG4.
            Bicara tentang tren berpenampilan anak muda Indonesia, mereka itu cemen. Hanya bisa ngikutin gaya berpakaian orang lain yang terlihat bagus dimata mereka. Meskipun barang yang mereka pakai KW (imitasi).
            Saya pernah suatu ketika melihat orang memakai kalung tasbih.
            “Mbak, mbaknya ngefans sama Syah Puji ya?”
            “Enggak kok mas, kenapa?” tanya balik.
            “La itu, kenapa sok-sok’an makai kalung tasbih”
            “Owh ini mas. Kan lagi ngetren mas” bela mbaknya.
            “Kirain salah satu istrinya Syah Puji. Padahal tasbih buat dzikir kan mbak? Apa jangan-jangan tahlilanya mbak di diskotik?” tanyaku. Mbaknya diem, lalu masang muka nyolot. Biarlah.
            Aku juga pernah liat seseorang yang sok elit. Punya dua handphone, Blackbarry dan Android. Memang keliatan berkelas, tapi Blackbarry yang dibawanya CDMA yang harganya murah, itupun belinya seken. Dan Androidnya gunta-ganti SIM-CARD, katanya ngincer bonusan internet. Alhasil dia sama sekali tidak mempunyai no yang bisa dihubungi secara konsisten.
            Menurutku, cobalah untuk berpenampilan apa adanya. Menjadikan penampilan yang minimalis tetapi secara optimal. Tidak berlebihan. Gak usahlah sok-sok’an ngikutin tren, padahal kita tidak bisa ngikutin. Atau, buatlah dirikita sebagai pusat tren (membuat tren sendiri). Jika takut ketinggalan jaman atau dianggap kuno, atau yang lebih parahnya kalau takut gak dilirik lawan jenis. Berarti kalian-kalianlah yang memang ngerasa gak percaya diri. Dan kalian takut gak laku.