Sunday, June 8, 2014

Ini Bukan Kelasku



            Lama juga gak ngebuka blogg. Terakhir mbuka blogg, bloggku tak kasih ikan lele, berharap nantinya jadi gede tu lele, tapi malah hilang lelenya. Kayaknya dimakan sama kucing alay tetangga. Sempet sebel sama kucing alay tersebut, rambutnya belah sebelah, matanya sok-sok sipit, bulunya diwarna-warniin, dan kalau jalan bunyinya “meeeeeeeong, me me me meong”. (Nah loh, kok ngomongin hal yang gak mungkin). Oke, kita ke jalur bloggku yang sebenarnya, yakni “kisah nyata”.
            Perlu dicatat, nama saya adalah Teguh Alif Nurhuda, mahasiswa culun (emang) semester 6 yang mengambil program study Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Sudah selayaknya aku yang calon guru bakalan ngrasain yang namanya PPL, atau bahasa kerenya “pura-pura ngajar”
            PPL dimulai pada semester 7. Di semester 6 ini, aku harus melalui mata kuliah micro teaching (keren kan namanya) micro itu kecil, teaching itu pengajaran. Jangan dikira ngajar orang-orang kerdil kayak Daus Mini, Adul dan kawan-kawan seperminian. Tenang aja, gak seunyu yang kalian kira. Intinya belajar untuk mengajar.
            Di akhir pembelajaran micro teaching, kami diharuskan untuk praktik ngajar sungguhan di salah satu sekolah. Dan pada akhirnya aku dapat jatah ngajar anak SMA kelas X (SMAnya di samping kampusku) dengan topik pembelajaran “Menulis Surat Izin”. Nah gini ceritanya.
            Janjian di sekolah pukul 06.30. Aku datang pukul 06.28, dan…. Semuanya pada telat, dosenku aja yang buat peraturan juga telat. Ketika kami diberi pengarahan oleh Kepsek, salah seorang guru di sekolah tersebut mengingatkan, “Murid di sini itu beda dari sekolah yang lain, mereka bawel, jahil, brisik, susah diatur dan lain-lain”.
            Ketika masuk kelas, benar siswa-siswa di sekolah ini kayak curut semua, ngelebihin daus mini ngeselinya, saking ngeselinya aku gak berani njilat muka mereka. Ada yang sok-sokan nyanyi-nyanyi, ada yang teriak-teriak kayak orang utan telat alay. Ada yang nyanyi-nyanyi sambil teriak-teriak. Ada yang teriak-teriak tapi sambil cebok. Ada yang nyanyi-nyanyi yang suaranya kayak pantat belum cebok. Tapi pada akhirnya aku pandangin mereka, aku bayangin mereka kayak terong-terongan, cabe-cabean, pare-parean, toge-togean, sayur-sayuran #stop!!! Kayak mau bikin pecel aja.
            Aku menyuruh salah satu siswa yang bernama Awang.
            “Awang, sini maju. Tolong jelasin ke teman-teman kamu, apa itu surat” suruhku pada salah satu siswa yang terlihat badung.
            “Lah, kok bapak nyuruh saya ngejelasin. Gurunya kan bapak” jawab Awang dengan muka nyengir.
            Akhirnya aku pasang ekspresi faforitku, muka datar. Dalam hati, aku teriak, “Iya aku tau kalau aku di sini itu gurumu kampreeeeet”. Dengan menghela nafas, aku akhirnya teriak “Ada yang bisa bantu Awang? Awang kesusahan ngejawab apa itu surat?”
            Dan akhirnya, jawaban yang aku dapet dari 29 siswa yang otaknya somplak adalah “GAK ADA YANG BISA JAWAB PAAAAAK” Sumpah, itu nyesek
            Terus aku liat ada siswa yang kayaknya aktif dalam pelajaran, “Coba kamu bantu bapak jelasin”.
            Dia menatapku, dan aku menatapnya, mata kami saling tatap-menatap, dan mata kami hampir menempel (Gak segitunya juga kali’). Dengan suara datar dia bilang “Aku tau jawabanya, tapi aku gak mau ngejelasin”.
            “La terus bagaimana kamu bisa ngejelasin ke teman-teman kamu? Apa kamu mau smsin satu-persatu?” Tanyaku dengan suara yang tak kalah datar.
            “Itu ide yang bagus pak” itu jawabnya. Singkat, padat, dan bikin nyesek.
            Tak terasa 1 jam pelajaran sudah selesai. SEMUANYA GAGAL. Metode pengajaranku ancur, media pembelajaranku gak ada gunanya, tekhnik pembelajaranku gak jalan. Dan AKU KORBAN PHP SISWA-SISWA yang somplak.
            Ketika pelajaran selesai, ada yang nanya. “Kak, besok ngajar di sini lagi gak?”, dengan bangga aku jawab “OGAH…. Kalian badung, bahkan kalian lebih badung dari anak TK yang masih suka njilatin ingus mereka yang terkadang menjuntai. Emang kenapa?”
            “Gakpapa sih, soalnya males sama gurunya. Udah tua, jelek, lola pula”
            Aku pandang guru yang dimaksud. Emang bener sih.
Itu foto yang di atas adalah foto bersama. Yang di tengah itu guru yang dimaksud. Dan jika kalian nanya aku yang mana? Tenang, aku yang lagi gaya garuk-garuk pantat sambil mbantuin dinosaurus ngupil di belakang kamera.

No comments:

Post a Comment