Sunday, March 23, 2014

Bekas Botol Minyak Wangi




            Terkadang orang harus berduka cita untuk botol minyak wangi mereka yang habis. Mungkin sebagian orang takut untuk tidak wangi. Beli, itu cara paling simpel. Tetapi, terkadang uang tidak terduga kapan hadirnya. Apa lagi anak kos. Ada beberapa orang yang mungkin mampir di mini market untuk sekadar mampir di rak parfum (gratis) tapi nanti wanginya rame. Kalau menurut aku pribadi, kalaupun bau, toh bau juga tidak terlihat. Kita bisa ngumpet diantara orang-orang, ya biar tidak tercium mungkin.
            Tapi apalah itu, bekas botol minyak wangi harus dibuang. Tapi kalau mantan yang pernah mengharumkan hidup kita?
            Mantan? Apa itu? Cerita lama.
            Ada percakapanku dengan Casa (Cewek bernama merek parfum) sewaktu dulu kami pacaran.
            “Beb, ini kan aniv kita yang ke 4 bulan. Kamu masih sayang aku kan?” tanyaku waktu itu.
            “Masih kak. Kak, jangan tinggalin aku ya” kata simantanku.
            Di atas motor Jupiter Zku, aku senyum-senyum sendiri mendengar pernyataan Casa, mirip waria yang baru dapet job. “Iya, aku gak akan bakalan ninggalin kamu kok Beb. Beb, boleh minta dipeluk?”
            “Boleh” dipeluklah aku.
            Jleb, deg-degkan aku. Serasa dekat dengan kematian.
            Aku pun dijalan tambah cengengesan. Sekarang udah gak kayak waria yang dapet job. Melainkan mirip orang gila yang biasanya di jalan-jalan yang gak make celana, sehinnga tititnya geal-geol sambil nyanyi-nyanyi.
            Terbukti, aku tidak ninggalin dia. Tapi dia yang ninggalin aku. Padahal aku sempat nangis terisak-isak sampai menghabiskan seprei kasurku, tapi tetap saja gagal. Dia balikan sama mantanya yang gak punya kemaluan, sehinnga mantanya gak bisa pamer titit kayak orang gila yang bisa nyanyi-nyanyi. Ya mungkin Casa udah diguna-guna. Atau titit simantanya Casa udah jadi tumbal buat nyantet si Casa? Casa = titit.
            Pantaskah aku menangisi Casa?
            Toh sekarang dia sudah putus lagi sama simantanya. Mungkin efek guna-gunanya sudah hilang. Dan diperlukan titit lagi untuk mengguna-guna si Casa lagi.
            Awalnya memang kehilangan mantan itu pedih, lebih pedih kehilangan kentut. Percaya deh. Biasanya kalau habis diputusin sama pasangan kita, maka kita akan 1. Susah  tidur, 2. Gak nafsu makan, 3. Nangis terus, 4. Kurus, miriplah sama gejala tifus. Tapi bedanya sedihnya habis diputusin itu terlalu mendramatisir, contoh di drama-drama FTV yang alay-alay gitu.
            Seharusnya gak harus sedramatisir gitu. Tetapi entah dramatisir ketika diputusin itu mungkin warisan nenek moyang. #coba bayangin manusia purba yang abis diputusin. Dan akhirnya mendramatisir ketika diputusin itu sudah menjadi warisan atau adat istiadat dalam sebuah etnik kehidupan bermasyarakat. Dan nantinya mungkin akan diresmikan oleh UNESCO.
            Dan pada akhirnya mantan adalah mantan, sama seperti botol minyak wangi. Kalau sudah habis, apakah botolnya akan kita simpan? Jelas tidak. Apakah ketika cinta dari seseorang sudah habis,  kita akan tetap mengharapkan wanginya? Tidak pula kan. Mantan adalah minyak wangi yang sudah habis. Dan botolnya sudah harus dibuang. Mantan? Cerita lama.

Monday, March 10, 2014

KARENA DAN UNTUK HIMA DIBATRASIA

 
Sudah lama kagak posting dan buka blogg. Layaknya rumah yang sudah lama tidak dihuni, pasti isinya debu, rumah laba-laba, dan mugkin ada tikus yang berkeliaran. Saat aku selesai nulis tulisan ini di word, dan mau posting, jelas aku khawatir bloggku kondisinya kayak rumah yang sudah lama tidak dihuni. Aku takut bloggku berdebu, bayak sarang laba-laba, dan jika di bloggku ada tikus, aku mau kasih kucing, biar tikusnya dikejar-krjar kucing.
            Terakhir aku posting pada bulan januari 2014. Sekarang sudah bulan maret. Total pada bulan februari aku fakum menulis. Sebenarnya ada hal menarik yang terjadi pada bulan februari, tetapi aku akan menceritakan hal menarik lain pada bulan maret.
@@@@@@@@@@
            Pada tanggal 1 maret, adalah hari dimana aku sudah tidak menjabat Ketua Himpunan Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Unissula. 2 tahun aku menjabat diposisi ketua, padahal aku berharap diposisi penjaga gawang. Pada kesempatan ini, aku akan menceritan bagaimana HIMA DIBATRASIA Unissula (Himpunan Mahasiswa Pendidikan Bhasa dan Sastra Indonesia) itu ada.
            Sutu siang dimana kala itu, aku adalah Mahasiswa biasa tingkatan semester 2. Bersama teman kandungku, Ulil Albab, 2 Mahasiswa culun ini memulai petualanganya ke IKIP PGRI Semarang. Kenapa kami ke IKIP? Kami adalah Mahasiswa angkatan pertama, dan belum ada suatu wadah organisasi yang berkaitan dengan jurusan kami, yakni Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
            Tidak mudah untuk bertemu salah satu pengurus HIMA PBSI IKIP PGRI, kami harus merasakan apa yang namanya diPHPin. Kami nunggu dari pukul 11 siang, tetapi baru bisa ketemu pada pukul 2 siang. Layaknya mahasiswa yang IQnya rendah, kami hanya bisa melongo melihat grombolan Mahasiswa IKIP PGRI yang tidak kalah culunya dari kami, karna mereka memakai pakaian hitam putih layaknya sales. Kami bertemu dengan Mas Arif, salah satu pengurus HIMA PBSI IKIP PGRI.
Setelah mendapat pengarahan tentang apa-apa saja yang harus dipersiapkan dalam membentuk organisasi baru, kami pamitan pulang. Dan akhirnya kami pergi dari krumunan sales.
Di tengah perjalanan pulang, Ulil berkata
“Bray, haus gak?”
“Haus sih, la gimana?” Jawabku
“Beli minum aja lah”
“Nah tu di depan ada es buh” saranku sambil menunjuk sebuah warus es yang sepi.
“Jngan disitu lah, sepi. Kalau sepi itu ada 2 hal kemungkinan. Yang pertama, GAK ENAK. Yang kedua, MAHAL” terang si Ulil tadi.
Sambil menyetir aku memperhatikan kiri-kanan, “Tuh, ada. Ramai malahan.
“Jangan yang ramai. Kalau ramai itu ada beberapa hal kemungkinan. Yang pertama, ENAK. Yang kedua MURAH, dan yang ketiga DIA PAKAI PESUGIHAN. Kamu mau minum es yang ada pesugihanya, ,isal ada kutangnya Wewegombel?”
Sejenak aku telaah kata-kata Ulil, dan aku bayangin. Kita disuguhi semangkuk es buah. Tapi isinya bukan beraneka buah, melainkan kutang, yaitu bekas penutup buah dada Wewegombel yang merupakan setan 4L4Y. Akhirnya aku hentikan laju motorku di depan warung es yang tidak terlau ramai, berharap tidak menemukan kutang yang disajikan di atas mangkuk.
“Bray, yakin disini?” Tanya Ulil.
“La mau dimana? Apa harus nurutin imajinasimu yang aneh itu? Kamu kebiasaan nonton setan-setan sih”
Setelah memesan 2 mangkuk es buah, kami pikir mungkin beberapa menit lah menunggunya. Ternyata tidak. Kami lagi-lahi jadi korban PHP. Tersangkanya adalah ibu-ibu penjual es. Sekitar 10 menit kami menunggu. Dan, tak selamanya warung lumayan ramai itu menjanjikan MURAH, ENAK, dan BEBAS DARI PESUGIHAN. Kami memang tidak menemukan kutang di atas mangkuk. Melainkan kami menemukan potongan-potongan buah yang cukup rapi. Dan kami berfikir, jangan-jangan jumlah potongan buah dan berat es kami sudah diperhitungkan.
Jika boleh difikir. Serapi-rapinya es buah, sebagus-bagusnya potongan buah, tetap saja hancur dan masuk ke dalam perut. Dan hasilnya akan dikeluarkan lagi dengan bentuk, tekstur dan bau yang sama dengan es buah yang potonganya tak serapi ini.
Selepas memperdebatkan es buah, kami balik ke kampus kami, Unissula. Sekarang PR kami adalah menyusun kepanitiaan guna membahas AD/ART HIMA DIBATRASIA dan PR kami ke dua adalah, membuat es buah yang lebih kece dari es buah milik ibu-ibu PHP.
Tepat pada tanggal 24 Maret 2012, HIMA DIBATRASIA lahir. Aku, Ulil dan teman-teman lainya adalah orang tua HIMA DIBATRASIA, kami bergantian menetek’i. Dan kami tidak membiarkan HIMA DIBATRASIA netek pada Wewegombel.
Terlepas dari konflik es buah PHP dan kutang Wewegombel. Saya ucapkan terimakasih kepada teman-teman pengurus HIMA DIBATRASIA periode 2012-2014 yang selama 2 tahun sudah menuangkan mimpi-mimpi kalian di organisasi kita. Buat Etina (Etina Sri Sajrina Ansarselaku ketua yang baru, saranku jangan lupakan sejarah dan teruslah bermimpi, karna dengan bermimpi kita punya harapan. Lewat harapanlah kita terus berfikir positif dan punya kemauan untuk mewujudkan mimpi-mimpi tersebut. Bukan seberapa besar mimpi kita yang kita miliki, tetapi sebesar apa usaha kita untuk mewujudkan mimpi-mimpi kita. (Sudah mirip ketua kan?)

Teguh Alif Nurhuda
(HIMA DIBATRASIA)