Terkadang orang harus berduka cita
untuk botol minyak wangi mereka yang habis. Mungkin sebagian orang takut untuk
tidak wangi. Beli, itu cara paling simpel. Tetapi, terkadang uang tidak terduga
kapan hadirnya. Apa lagi anak kos. Ada beberapa orang yang mungkin mampir di
mini market untuk sekadar mampir di rak parfum (gratis) tapi nanti wanginya
rame. Kalau menurut aku pribadi, kalaupun bau, toh bau juga tidak terlihat.
Kita bisa ngumpet diantara orang-orang, ya biar tidak tercium mungkin.
Tapi apalah itu, bekas botol minyak
wangi harus dibuang. Tapi kalau mantan yang pernah mengharumkan hidup kita?
Mantan? Apa itu? Cerita lama.
Ada percakapanku dengan Casa (Cewek
bernama merek parfum) sewaktu dulu kami pacaran.
“Beb, ini kan aniv kita yang ke 4
bulan. Kamu masih sayang aku kan?” tanyaku waktu itu.
“Masih kak. Kak, jangan tinggalin
aku ya” kata simantanku.
Di atas motor Jupiter Zku, aku
senyum-senyum sendiri mendengar pernyataan Casa, mirip waria yang baru dapet
job. “Iya, aku gak akan bakalan ninggalin kamu kok Beb. Beb, boleh minta
dipeluk?”
“Boleh” dipeluklah aku.
Jleb, deg-degkan aku. Serasa dekat
dengan kematian.
Aku pun dijalan tambah cengengesan.
Sekarang udah gak kayak waria yang dapet job. Melainkan mirip orang gila yang
biasanya di jalan-jalan yang gak make celana, sehinnga tititnya geal-geol
sambil nyanyi-nyanyi.
Terbukti, aku tidak ninggalin dia.
Tapi dia yang ninggalin aku. Padahal aku sempat nangis terisak-isak sampai
menghabiskan seprei kasurku, tapi tetap saja gagal. Dia balikan sama mantanya
yang gak punya kemaluan, sehinnga mantanya gak bisa pamer titit kayak orang
gila yang bisa nyanyi-nyanyi. Ya mungkin Casa udah diguna-guna. Atau titit
simantanya Casa udah jadi tumbal buat nyantet si Casa? Casa = titit.
Pantaskah aku menangisi Casa?
Toh sekarang dia sudah putus lagi
sama simantanya. Mungkin efek guna-gunanya sudah hilang. Dan diperlukan titit
lagi untuk mengguna-guna si Casa lagi.
Awalnya memang kehilangan mantan itu
pedih, lebih pedih kehilangan kentut. Percaya deh. Biasanya kalau habis
diputusin sama pasangan kita, maka kita akan 1. Susah tidur, 2. Gak nafsu makan, 3. Nangis terus,
4. Kurus, miriplah sama gejala tifus. Tapi bedanya sedihnya habis diputusin itu
terlalu mendramatisir, contoh di drama-drama FTV yang alay-alay gitu.
Seharusnya gak harus sedramatisir
gitu. Tetapi entah dramatisir ketika diputusin itu mungkin warisan nenek
moyang. #coba bayangin manusia purba yang abis diputusin. Dan akhirnya
mendramatisir ketika diputusin itu sudah menjadi warisan atau adat istiadat
dalam sebuah etnik kehidupan bermasyarakat. Dan nantinya mungkin akan diresmikan
oleh UNESCO.
Dan pada akhirnya mantan adalah
mantan, sama seperti botol minyak wangi. Kalau sudah habis, apakah botolnya
akan kita simpan? Jelas tidak. Apakah ketika cinta dari seseorang sudah habis, kita akan tetap mengharapkan wanginya? Tidak
pula kan. Mantan adalah minyak wangi yang sudah habis. Dan botolnya sudah harus
dibuang. Mantan? Cerita lama.