Seperti
kebanyakan Mahasiswa yang lagi PPL, pada awalnya ketika aku PPL juga merasa
grogi. Tapi pada akhirya juga merasa nyaman mengajar walau terkadang nahan
boker sambil ingusan. Beruntung aku bisa nahan ingus dengan cara menyedotnya (loh,
apa jal iki).
Sebenarnya,
ketika mengajar PPL bukan hanya pengalaman mengajar saja yang aku dapat,
pengalaman aneh pula juga aku temui. Seperti ketika aku diberi jam mengajar
kelas XII IPS (kelas 3 jurusan IPS). Ketika itu aku diberi amanah untuk mengajar
dengan materi cerpen. Ketika itu aku berpikir “Halah, ngajar cerpen, paling
materinya juga kayak gitu doang. Apa lagi aku juga suka nulis cerpen, buktinya
yang aku tulis ini juga salah satu cerpenku”. Ternyata kagak semudah itu,
bahkan kagak semudah boker pula, susah lo ngajar kelas XII, apa lagi IPS.
Siswanya itu somplak-somplak.
“Selamat
siang, Assalamu’allaikum” Salamku ketika masuk kelas tersebut. Ketika itu aku
berharap siswanya bakalan serentak menjawab, tapi malah pada sibuk ngrumpi
sambil ngupil. Setelah pasang muka sabar, akhirnya siswanya pun “sedikit”
memperhatikanku.
“Pak,
namanya siapa pak?”
“Nama
saya Alif, dan saya korban PHP” Jawabku.
Dengan
muka yang sedikit dihiasi upil, siswa-siswa tadi pun tertawa. “Kok bisa pak?”
Tanya segelintir siswa.
Jadi
seperti ini ………. “ Dan pada akhirnya aku certain cerita-cerita tentang
segelintir masa laluku. Dan sebenarnya ini adalah tekhnikku dalam menaik
perhatian siswa agar siswa pada nantinya tertarik denganku yang kala itu baru
pertama bertemu. Akhirnya, siswa-siswa tersebut tertarik dengan ceritaku.
“Bapaknya
kasihan” Tiba-tiba ada komentar dari seorang siswi yang bermuka “lumaya”,
dengan dihiasi pagar di giginya dan berkaca mata. Teman sekelasnya memanggil “Cicak”.
“Iya,
tapi gak ngenes-ngenes banget kok”
Seketika
bell bunyi tanda berakhirnya pelajaran selesai. Selesai tanpa aku memberikan
materi sedikitpun. Tapi aku sempat bersekongkol dengan murid-murid. “Besok
kalau ditanyain sama guru kalian, bilang aja ya pak Alif ngajar cerpen ya”.
Serentak siswa-siswa menjawab “Iya pak korban PHP”.
Beberapa
hari setelah kejadian tersebut, Cicak sering cari-cari perhatian dan terkadang
nyamperin aku di ruang PPL. Pada sebuah kesempatan, dia pun minta pin BB dan
nomor HPku. Setelah aku member pin dan nomor HP, Si Cicak pun semakin ekstrim.
Sekali lagi semakin ekstrim. Seperti jargon
salah satu merk deodorant, yap, “setia setiap saat”, dia setia setiap
saat ngeBM dan SMS terus. Dari manggil “Pak Alay”, nanyain “lagi apa?”, “sudah
boker apa belum”, semuanya lah.
Suatu
ketika dia BBM, “Kak Alay, temen-temenku pada maintain PJ (Pajak Jadian)”.
Sontak
seketika aku berpikir ini cewek ekstrim sekali. “Lah, emangnya kita jadian?
Lagian aku juga gak punya uang” Kubalas BBM tersebut.
“Halah
gampang, pakek uangku dulu aja gakpapa”
Dan pada
akhirnya aku berhasil menolak tawaran dia. Kalau boleh jujur, dia sebenarnya
adalah anak orang kaya. Kalau aku mau, aku bisa saja porotin dia, tapi ogah
lah, mending morotin jelananya Chelsea Olivia aja #Loooh.
Tidak
cukup sampai di situ kegilaanya, tiap pagi dia sudah pasang muka di dekat ruang
PPL dengan tujuan menemuiku. Kalau tidak, dia pasti sengaja jalan-jalan di
sekitaran ruang PPL dengan tujuan yang sama. Kalau sudah ketemu denganku, dia
pasti bilang “Kak Alay, kok SMS dan BBM ku gak kamu bales?” Memang aku jarang
bales SMS maupun BBMnya.
Suatu
pagi dia nge BBM lagi, “Kak sayang, selamat pagi”
Aku pun
langsung ngebales, “Kok manggil saying? Kan kita GAK pacaran?” Jawabku.
“Yaudah
kalau gitu, kapan kita pacaran?” Jawabnya makin aneh.
Dalam
benakku, aku berpikir cewek ini sebenarnya waras apa kagak gitu. Maka aku balas
“La kan aku GAK suka sama kamu”.
“Terus
kapan kamu suka sama aku”
Sumpah!!!!!!
Hawanya pengen makan telur dinosaurus. Akhirnya aku beranikan diri untuk
menceritakan yang sebenarnya kalau aku waktu itu lagi suka sama seseorang.
“Jadi
gini, aku tu gak suka sama kamu. Tapi, aku sudah suka sama orang lain, namanya
Ambar”
“Sakitnya
tu di sini kak” jawabnya.
Terkadang
kita memang terperangkap dengan sebuah rasa yang dirasakan di awal saja. Kita
bertemu dengan orang yang baru dikenal. Padahal kita belum tahu apa dan
bagaimana dia. Kita hanya melihat dia “kece” di awal. Jangan jadikan pandangan
awal itu sebagai patokan, tapi jadikanlah sebagai awal sebuah “perkenalan”
saja.