Lama
kagak nulis, kasian Bloggku kagak kerumat. Kasian gak tak kasih makan, untung
Bloggku kuat dan strong. Alasan kenapa aku gak pernah ngebuka itu karena
“sibuk” sibuk sebagai Mahasiswa semester akhir, sibuk PPL, sibuk ngurusin hati,
sibuk ngupil, sibuk boker kagak cebok, dan terkadang sibuk nggaruk-nggaruk
pantat dinosaurus.
Sebagai
Mahasiswa jurusan pendidikan semester akhir, tugas akhirku adalah PPL
(Pura-Pura Lebay). Kenapa lebay? Kita dituntut bertindak sebagai guru, harus
berwibawalah, harus tegaslah, pokoknya harus-haruslah. Kan aku kayak gini apa
adanya, suka ngupil terus tak taruh di bawah meja, suka kentut sembarangan,
suka ngiler kalau liat cewek kece (enggaklah). Masak aku harus ngupil dengan
bijaksana? Gimana caranya? Apa ntar upilnya tak bagiin satu-satu ke siswa?
Terus aku apa harus kentut dengan berwibawa? Gimana caranya? Apa harus dengan
suara kentut yang tegas? (bentar tak fikirin) Terus ngilerku apa harus tegas?
Apa ilerku harus aku muncrat-muncratin biar keliatan tegas?
Udah
dulu ya ngehina diriku sendiri……….
Benar tentang yang di atas, aku lagi
PPL, lebih tepatnya latihan ngajar jadi guru. Dan aku dapat jatah disalah satu
sekolah Islam swasta di kota Semarang. SMA Islam Sultan Agung 1 Semarang.
Jujur, pada awalnya gak ada niat untuk PPL di sekolahan ini karena, jarak
antara rumah dan sekolahan yang cukup jauh, pulangnya yang sampai sore, dan
masih ada beberapa faktor yang tidak bisa aku jelaskan (sebenarnya gak ada alasan
lagi). Tapi pada akhirnya ikhlaskan saja, se ikhlas kita kalau lagi boker (asal
bokernya gak dengan wibawa, karna gak ada ngeden dengan muka wibawa).
Sempat sedikit protes dengan aturan,
kenapa kalau orang PPL, magang, ngelamar kerja, baru keterima kerja, bahkan
orang ijab kabul harus makek pakaian tai cicak (Baju putih dan celana hitam),
kenapa? Apa pakaian tai cicak itu pakaian buat yang baru-baru, jangan-jangan
kalau setan yang baru mati juga harus makek item-putih? Apa memangnya ada setan
magang? Ada pengalaman sedikit memprihatinkan ketika aku mbeli pakaian tai
cicak ini, kala itu aku membeli ketika sedang puasa, jadi di tempatku membeli
sangat ramai karena pelanggan lain juga sedang belanja (membeli pakaian buat
lebaran).
“Mbak, cari baju putih merek ******
yang Slim Fit nomor paling kecil ada
gak?” tanyaku pada seorang mbak-mbak yang berbadan cukup gempal dengan dihiasi
pipi sebesar bakpao.
“Owh, bentar ya mas tak cariin dulu”
selang beberapa saat akhirnya mbak-mbak bakpao itu menyodorkan sebuah baju
putih. “Ini mas”.
“Ini boleh saya buka dan coba kan
mbak” tanyaku.
Kala itu ada pembeli lain yang
langsung menyambar pembicaraan kami, “Ya boleh to mas, namanya aja akan
dibeli”.
Dengan ekspresi datar aku jawab, “Owh
iya bu terimakasih atas penjelasanya” jawabku tak kalah ketus. Dengan wajah
ketus, ku lirik ibu-ibu yang sudah tua tadi sedang menenteng sepotong kaos
ketat berwarna pink, “Itu yang ibu bawa buat siapa bu? Kok warnanya gak cocok
sama ibu? Ibu kan agak item, masak mau makek pink, tar keliatan kayak
cabe-cabean senior lo buk”. Seketika ibu-ibu tadi pergi entah kemana, mungkin
ikut audisi Idola Cilik atau AFI Junior.
Karena merasa baju yang diberikan
mbak-mbak bakpao tadi sedikit kebesaran, maka aku berniat menukarkanya. “Mbak,
ini kok agak besar ya? Kalau tak pakek, malah terkesan kayak orang-orangan
sawah mbak. Ada yang lebih kecil gak mbak?”
“Ndak adalah mas, itu ukurang paling
kecil. Kan nantinya juga dipakein jas mas, atau masnya mau beli jas sekalian,
ini ada jas buat pengantin pria mas” jawab mbak-mbak bakpao tadi.
“Emangnya aku mau kawin mbak? Emang
wajahku sudah nafsu pengen kawin? Mbak, orang beli baju putih itu apa identik
mau merrid?” jawabku menggebu-gebu sambil pengen guling-guling di toko.
“Loh, kirain mau merrid mas, kalau
gitu masnya emangnya sales apa?”
“MBAAAAAAK….. Aku bukan SALEEEEEES”
Selain kejadian tadi, ada pula
kejadian lain di sebuah toko di pinggir jalan yang biasanya jual minuman (yang
ada mesin pendingin minumannya). Kala itu aku baru pulang PPL dan mampir di
toko tersebut buat beli minum. Karena sedang bercuaca sedikit panas, maka jas
almamaterku aku lepas.
“Mas tolong besok kirimin ********
(salah satu merek minuman)” suruh penjaga toko yang sedang melihatku masuk
tokonya.
“Mbaaaaak,,,, emangnya mukaku mirip
sales minuman to mbak. Aku bukan SALES….”
“Maaf mas, la habisan mirip kok mas
pakaianya” jawab mbak-mbak tadi dengan nada tanpa dosa.
Dari hal tersebut, kita bisa belajar
dari kata “hal biasa”. Kita sering kali melihat orang dari luarnya saja, sama
seperti pakaian tai cicak. Kita melihat orang yang berpakaian putih-hitam
adalah seorang sales, tapi belum tentu dia adalah sales. Sama halnya kita
melihat orang dari luarnya, seperti memilih pasangan mungkin. Kita melihat
lawan jenis kita hanya secara fisik saja. Setelah kita kenal, terus
berhubungan, dan pada akhirnya “tidak cocok”, itu semua adalah sebuah konflik
antara batin. Kita hanya mengenalnya secara fisik, tetapi setelah kita memahami
isi hatinya, terkadang “tidak cocok”. Pahamilah isinya terlebih dahulu, agar
menemukan kata “cocok”.